3 Puisi Auditorium Karya Sahyul Padarie (TERBARU)

Puisi | Tuan-tuan Selamat Datang di Dunia yang Penuh Kebingungan


Aku berterima kasih padamu 
Atas bunyi-bunyi langkahmu datang kemari Tuan
Di batas yang terlihat oleh kedipan mata
 yang di dalamnya tertumpa-tumpa tanya
 Akan segala pernyataan abjad dan angka-angka
Contoh tanya abjad itu :  kenapa aku berdiri di depan Tuan-tuan?
Membacakan  rima-rima para penyair yang telah tenang diharibaan Tuhan

Aku berterima kasih padamu 
Atas bunyi-bunyi langkahmu datang kemari Tuan

Nadiku berdenyut lagi ingin berterima kasih padamu
Atas bunyi-bunyi langkahmu datang kemari Tuan
Di tanah yang ladangnya penuh tumbuhan-tumbuhan aksara
Yang membuat orang ketika mengejanya—memusingkan kepala
Di bebatuan-bebatuan lukisan abstrak nyawa-nyawa yang akan terkubur
Yang diberi tirai berwarna hitam—bahannya seperti kantong kresek yang dibeli Ibu di pasar
Supaya ketika bercermin bagai penyihir tua nan jahat menanyakan kepada cerminnya
“Siapa paling Cantk di Dunia Ini?”
“Anda,” jawab cerminnya
dan bagai kisah mainan yang mudah sekali tertawa layaknya manusia
Untuk digiring serta diperkenalkan di penjuru alam

Aku berterima kasih padamu 
Atas bunyi-bunyi langkahmu datang kemari Tuan
Di pijakan yang kita tak pernah puas dan terlalu rajin menguak isi kepala untuk menjawab segala
Daripada menyentuh segumpal daging dalam dada. Tuan
Maka jangan putar balik kepala lalu anda mengatakan “Ini Kaki” padahal itu kepala
*****
Makassar, 17 – Desember – 2018
______


Puisi | Diluar Sana Mungkin Hari Sudah Cerah


Bapak-Ibu…
Tak berada di dalam kotak-kotak
Yang tepat berjejeran samping meja kita
Ada sebab yang bisa jadi akibat
Dari terbitnya matahari sampai tenggelamnya
Telah digariskan takdirnya
Untuk menyalakan lilin saat gelap tiba
Dan aku tahu
Di kursi yang aku duduki ini
Belumlah usang usianya
Hanya terlihat bekas bakaran
35 tahun silam sebelum ada listrik di kampungku

Ujar pemandu rasa kopi yang menghampiriku
Tuang segera air panasmu di gelas yang telah tersedia bubuk kopi  
Dan lihatlah yang terjadi
Dunia bagimu adalah bidadari yang menari di depan matamu

Ujar pencium pelangi
Arahkan tatapanmu kedepan
Dan liahtlah yang terjadi
Dunia bagimu adalah bulan-bulan yang mempunyai cahaya warna-warni

Ujar peraga boneka
Gerakkan tangan dan mata boneka ini
Dan lihatlah yang terjadi
Dunia bagimu adalah senyum-senyum yang lucu

Ah benarkah itu…
Dunia belum berubah dan yang terjadi tetaplah persis kala dulu aku meneteskan air mata
Yang tampak setidaknya cahaya kecil yang menembus atap rumah yang bocor
Antara suka dan tidak suka

Beruntung Bapak dan Ibu di sini
Yang menunggu jam dinding berdetak satu kali lagi
Untuk meneruskan arah mata angin
Dan menatapanya dengan berbagai pujian-pujian
Yang sampai ke ujung bulan tanpa nama hari yang perlu dihitung lagi
Tak perlu panggil aku…
kesendirian sudah jadi perangai hidupku Pak, Bu
Kan kuselimuti bayangan-banyangan itu
Agar aku semakin tahu
Arti adanya seseorang di sisi dalam setiap masa-masa hidupku
*****
Makassar, 17 – Desember  - 2018


_______


Puisi | Apa Mimpimu Malam Nanti Setelah Membaca Puisi Ini?


Aku telah mengerti dari buku bacaan yang aku baca
Puisi-puisi yang kugoreskan di batang-batang bunga
Tak pernah bersuara layaknya seruling krishna

Hubungan dari majas-majasnya
Hanyalah rupaku yang lemah yang dilahirkan Ibu ke dunia
Dari merah bibirku yang tak kunjung dihabiskan semut-semut
Dan dari pandangan yang menaungi bulan

Aku hanya meminta
Segelas arak
Ketika engkau rampung membacanya sampai titimangsanya
Ada elus dada yang membuatku nikmat sampai aku tak pernah tahu akan adanya penderitaan

Sampai kau terbang ke daratan awan
Mengapung di atas sana dan terlepaslah engkau dari penjara
Kelabu-kelabu kelam
Yang telah memberimu cincin kawin

Akhir kisahnya kau mengeja makna kata-katanya
Engkau bermimpi dalam tidurmu sedang berciuman dengan kekasih
*****
Makassar, 17 – 12 - 2018



INFOGRAFIS INTISARI PUISI


Comments

Popular posts from this blog

10 Puisi Refleksi Kehidupan : Wahai Sang Malam Semangatkan Kenangan

Puisi | Wahai Puisi, Tetaplah Kau Menjadi Puisi